Profil Desa Purwasaba

Ketahui informasi secara rinci Desa Purwasaba mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Purwasaba

Tentang Kami

Jelajahi profil Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, sebuah desa yang dinamis dengan potensi agribisnis dan UMKM yang kuat. Temukan inovasi BUMDes, kekayaan budaya, serta data geografis dan demografi terbaru di pusat pertumbuhan ekonomi ini.

  • Penggerak Ekonomi Lokal

    Desa Purwasaba menunjukkan kemajuan ekonomi yang signifikan melalui BUMDes inovatif di sektor peternakan ayam petelur dan pengembangan UMKM pangan lokal seperti Ondol.

  • Lokasi Strategis dan Populasi Padat

    Sebagai desa terpadat kedua di Kecamatan Mandiraja, Purwasaba memiliki lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang didukung oleh pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

  • Kekayaan Sejarah dan Budaya

    Desa ini memiliki akar sejarah yang dalam, terhubung dengan Kerajaan Galuh Purba, dan aktif melestarikan tradisi melalui kegiatan budaya seperti Kirab Budaya tahunan.

Pasang Disini

Desa Purwasaba, yang terletak di Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menjelma menjadi sebuah contoh nyata dari sinergi antara pemerintahan yang visioner, potensi lokal dan partisipasi masyarakat. Dikenal tidak hanya karena kepadatan penduduknya, tetapi juga karena geliat ekonominya yang progresif, Purwasaba secara konsisten membuktikan dirinya sebagai salah-tengah satu desa dengan pertumbuhan paling dinamis di wilayahnya. Dengan fokus pada pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), desa ini membangun fondasi ekonomi yang kokoh seraya tetap memelihara warisan budaya leluhur.

Terletak pada koordinat geografis 7°27`45" Lintang Selatan dan 109°30`23" Bujur Timur, Desa Purwasaba menempati posisi strategis di Kecamatan Mandiraja. Keberadaannya didukung oleh infrastruktur yang terus dibenahi, menjadikannya mudah diakses dari berbagai penjuru. Profil desa ini menyajikan gambaran komprehensif tentang bagaimana sebuah wilayah perdesaan mampu mengoptimalkan sumber dayanya untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan, menjadikannya subjek yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

Geografi dan Kondisi Administratif

Desa Purwasaba memiliki luas wilayah 282,16 hektar (2,82 km²). Secara administratif, wilayah pemerintahan desa terbagi menjadi 5 Rukun Warga (RW) dan 32 Rukun Tetangga (RT), sebuah struktur yang memfasilitasi koordinasi dan pelayanan masyarakat hingga ke tingkat paling dasar.

Batas-batas wilayah Desa Purwasaba secara geografis ialah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara
    Berbatasan langsung dengan Desa Blimbing dan Desa Kaliwinasuh.
  • Sebelah Timur
    Berbatasan dengan Desa Simbang dan Desa Kebanaran.
  • Sebelah Selatan
    Berbatasan dengan Desa Glempang dan Desa Sirkandi.
  • Sebelah Barat
    Berbatasan dengan Desa Pagak, Desa Kalimandi, dan Desa Sirkandi.

Topografi wilayahnya yang berada di dataran dengan iklim tropis, dengan rentang suhu udara rata-rata antara 19°C hingga 33°C, mendukung beragam aktivitas pertanian dan perkebunan. Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendukung utama bagi mata pencaharian sebagian besar penduduknya.

Berdasarkan data kependudukan tahun 2018, jumlah penduduk Desa Purwasaba tercatat sebanyak 6.179 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduknya mencapai 2.189 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menempatkan Purwasaba sebagai desa dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Kecamatan Mandiraja setelah Desa Somawangi, menandakan perannya sebagai pusat demografis yang penting di kawasan tersebut.

Pemerintahan Visioner dan Pembangunan Infrastruktur

Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Hoho Al Kaff, Pemerintah Desa Purwasaba menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong kemajuan desa. Visi pembangunan yang diusung tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi dan sosial. Salah satu bukti nyata dari visi ini yakni pemanfaatan aset desa secara optimal. Dilaporkan bahwa desa ini memiliki lahan kas desa yang luas, bahkan pembangunan fasilitas publik seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dapat direalisasikan di atas tanah milik desa, sebuah langkah strategis yang menghemat anggaran dan menegaskan kemandirian.

Pemerintah desa secara aktif mengalokasikan anggaran untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur vital. Proyek-proyek seperti perbaikan dan pengaspalan jalan desa menjadi prioritas untuk menunjang kelancaran transportasi dan distribusi hasil ekonomi warga. Peningkatan kualitas jalan ini secara langsung berdampak pada efisiensi waktu dan biaya, baik bagi para petani yang mengangkut hasil panen maupun bagi para pelaku UMKM yang memasarkan produknya.

Status Desa Purwasaba sebagai Desa "Berkembang" dalam Indeks Desa Membangun (IDM) mencerminkan adanya kemajuan yang terukur, namun pemerintah desa tidak berpuas diri. Berbagai program terus digulirkan, termasuk pengelolaan dana desa yang transparan untuk pembangunan sarana dan prasarana dasar, seperti fasilitas pendidikan dan layanan publik lainnya, demi mewujudkan visi "Desa Purwasaba yang maju, bermartabat dan sejahtera."

Motor Penggerak Ekonomi: BUMDes dan Kekuatan UMKM

Perekonomian Desa Purwasaba ditopang oleh dua pilar utama: BUMDes yang inovatif dan geliat UMKM yang berdaya saing. Di bawah manajemen yang profesional, BUMDes Purwasaba berhasil mengembangkan unit usaha yang berpotensi memberikan pendapatan asli desa (PADes) secara signifikan.

Salah satu unit usaha andalannya merupakan peternakan ayam petelur berskala besar. Dengan kapasitas produksi yang terus ditingkatkan, peternakan ini dilaporkan mampu menghasilkan ratusan kilogram telur setiap harinya. Keberhasilan ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal, tetapi juga menjadi sumber pendapatan stabil bagi kas desa. Kepala Desa Hoho Al Kaff pernah menyatakan target ambisius untuk BUMDes, yakni mencapai pendapatan hingga miliaran rupiah per tahun, sebuah target yang didasari oleh performa positif dan potensi pasar yang luas.

Di sisi lain, denyut nadi ekonomi kerakyatan berpusat pada UMKM. Salah satu produk unggulan yang menjadi ikon kuliner khas Purwasaba ialah "Ondol". Makanan ringan yang terbuat dari singkong ini telah menjadi bagian dari tradisi dan sumber penghidupan bagi banyak keluarga. Menyadari potensi ini, berbagai upaya pemberdayaan dilakukan, termasuk melalui kegiatan branding dan inovasi produk. Pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku UMKM Ondol bertujuan untuk meningkatkan kualitas, memperluas varian rasa, dan memperbaiki kemasan agar produk ini mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

Selain Ondol, kekayaan kuliner desa juga tercermin dari adanya hidangan legendaris "Tahu Masak Kupat Landan". Keunikan kuliner ini terletak pada penggunaan ketupat yang dimasak dengan campuran abu jerami atau pelepah kelapa, yang menghasilkan cita rasa lebih gurih dan tekstur yang khas. Keberadaan warung yang menyajikan hidangan ini selama puluhan tahun membuktikan bahwa potensi kuliner merupakan salah satu aset ekonomi dan daya tarik budaya yang dimiliki Purwasaba.

Warisan Sejarah dan Dinamika Budaya

Jauh sebelum menjadi pusat ekonomi yang ramai, wilayah Purwasaba memiliki akar sejarah yang dalam. Berdasarkan catatan sejarah yang dilansir dari situs resmi desa, asal-usul nama "Purwasaba" memiliki beberapa interpretasi. Teori pertama menyebutkan bahwa nama ini berasal dari gabungan kata "Purwa" (permulaan atau dahulu) dan "Saba" (berkunjung atau mendatangi). Gabungan kata ini dapat diartikan sebagai "tempat yang sejak dahulu sering dikunjungi," yang relevan dengan keberadaan pasar desa yang ramai didatangi orang dari berbagai daerah.

Teori lain mengaitkan asal-usul wilayah ini dengan masa kekuasaan Kerajaan Galuh Purba, jauh sebelum era Majapahit. Wilayah yang dulunya merupakan hutan tak berpenghuni ini mulai berkembang seiring waktu di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh lokal. Sejarah pemerintahan desa mencatat nama-nama pemimpin seperti Demang Kramayudha, yang turut meletakkan dasar-dasar tata kelola pemerintahan pada masanya.

Warisan sejarah ini tidak dibiarkan terlupakan. Masyarakat dan Pemerintah Desa Purwasaba secara aktif melestarikan nilai-nilai budaya melalui berbagai kegiatan. Salah satu acara yang menjadi agenda rutin dan ditunggu-tunggu yakni "Kirab Budaya." Acara ini menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat—mulai dari perangkat desa, lembaga kemasyarakatan, hingga warga biasa—untuk menampilkan kekayaan seni dan tradisi lokal. Kirab Budaya tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai upaya untuk menanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap identitas desa kepada generasi muda.

Potensi Masa Depan: Menuju Desa Mandiri

Dengan fondasi yang telah dibangun, Desa Purwasaba memiliki prospek cerah untuk terus berkembang menuju status Desa Mandiri. Keberhasilan BUMDes dalam mengelola peternakan ayam petelur menjadi cetak biru bagi pengembangan unit-unit usaha lainnya yang berbasis potensi lokal, seperti agribisnis atau pariwisata. Inovasi yang berkelanjutan di sektor UMKM, terutama dalam hal branding dan pemasaran digital, akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk seperti Ondol dan kuliner khas lainnya.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui fasilitas pendidikan yang memadai, dari tingkat dasar hingga menengah, merupakan investasi jangka panjang yang krusial. Didukung oleh pemerintahan yang dinamis dan partisipasi aktif dari masyarakatnya yang padat, Desa Purwasaba berada di jalur yang tepat untuk tidak hanya menjadi pusat ekonomi di Kecamatan Mandiraja, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi desa-desa lain di Kabupaten Banjarnegara dalam mengelola potensi untuk mencapai kesejahteraan bersama.